Apa itu Hipertiroid?
09.19
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormon (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormon (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Penyebab tersering hipertiroidisme, adalah gangguan autoimun yang biasanya ditandai dengan produksi autoantibody yang mirip kerja TSH pada kelenjar tiroid. Autoantibody IgG ini, yang disebut thyroid stimulating immunoglobulin, menstimulasi produksi TH, namun tidak dihambat oleh kadar TH yang meningkat. Kadar TSH dan TRH rendah karena keduanya dihambat oleh kadar TH yang tinggi. Penyebab penyakit Graves tidak diketahui; akan tetapi, tampak pada predisposisi genetik pada penyakit autoimun. Wanita yang berusia 20-an dan 30-an paling sering terdiagnosis terkena penyakit ini walaupun penyakit ini mulai terjadi selama usia belasan tahun.
Beberapa gejala klinik dari hipertiroid yakni: Peningkatan frekuensi jantung, Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan sensitivitas terhadap katekolamin, Peningkatan laju metabolisme basal dan produksi panas, intolenransi panas, keringat berlebihan, Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar, Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata),Peningkatan frekuensi buang air besar, Gondok (biasanya), peningkatan ukuran kelenjar tiroid,
Perubahan kulit dan kondisi rambut dapat terjadi, serta terjadi Gangguan reproduksi.
Hipertiroid memiliki beberapa efek yang tidak baik bagi tubuh seperti:
Efek atas metabolisme karbohidrat. Hormon Tiroid merangsang hampir semua aspek metabolisme karbohidrat, termasuk ambilan glukosa yang cepat oleh sel-sel, meningkatkan glikolisis, meningkatkan glukoneogenesis, meningkatkan kecepatan absorbs dari traktus gastrointestinalis dan juga meningkatkan sekresi insulin dengan efek sekunder yang dihasilkan atas metabolisme karbohidrat. Keseluruhan efek ini agaknya akibat peningkatan enzim yang menyeluruh, yang disebabkan oleh hormon tiroid.
Efek atas metabolisme lemak. Pada pokoknya semua aspek metabolisme lemak juga ditingkatkan di bawah pengaruh hormon tiroid. Karena lemak merupakan sumber utama suplai energi jangka panjang, maka dikosongkan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebanyakan elemen jaringan lainnya; terutama lipid dimobilisasi dari jaringan lemak, yang meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan hormon tiroid juga sangat mempercepat oksidasi asam lemak bebas oleh sel-sel.
Efek atas berat badan. Pembentukan hormon tiroid yang meningkat banyak sekali pada orang yang telah tumbuh lengkap hampir selalu mengurangi berat badan, dan pengurangan pembentukan yang besar hampir selalu menambah berat badan; tetapi efek ini tidak selalu terjadi, karena hormon tiroid meningkatkan nafsu makan, dan hal ini melebihi keseimbangan perubahan pada kecepatan metabolisme.
Efek atas sistem kardiovaskuler. Peningkatan metabolisme dalam jaringan menyebabkan penggunaan oksigen lebih cepat daripada normal dan menyebabkan hasil akhir metabolisme yang harus dikeluarkan dari jaringan jumlahnya lebih banyak dari normal. Efek ini menyebabkan vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, jadi meningkatkan aliran darah pada hampir semua daerah tubuh. Khususnya kecepatan aliran darah pada kulit meningkat karena peningkatan kebutuhan akan pembuangan panas.
Sebagai akibat peningkatan aliran darah ke unsur-unsur bagian tubuh, curah jantung dan frekuensi jantung juga meningkat, kadang-kadang meningkat sampai 50 persen atau lebih di atas normal bila terdapat hormon tiroid dalam jumlah berlebihan.
Peningkatan curah jantung akibat hormon tiroid cenderung meningkatkan tekanan arteri. Sebaliknya, dilatasi pembuluh-pembuluh darah perifer akibat efek lokal hormon tiroid dan panas tubuh yang berlebihan cenderung menurunkan tekanan. Oleh karena itu tekanan arteri rata-rata biasanya tidak berubah. Akan tetapi, karena peningkatan jalannya darah melalui perifer, tekanan nadi meningkat, disertai tekanan sistolik meningkat 10 sampai 20 mmHg, dan tekanan diastolik berkurang sesuai.
Efek atas respirasi. Peningkatan kecepatan metabolism yang disebabkan oleh hormon tiroid meningkatkan penggunaan oksigen dan pembentukan karbondioksida; efek ini mengaktifkan semua mekanisme yang meningkatkan kecepatan dan dalamnya pernapasan.
Efek atas saluran pencernaan. Selain meningkatkan kecepatan absorbsi bahan makanan, hormon tiroid juga meningkatkan kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran pencernaan. Sering mengakibatkan diare. Juga, yang berhubungan dengan peningkatan sekresi dan pergerakan ini adalah peningkatan nafsu makan, sehingga masukan makanan biasanya meningkat. Kekurangan hormon tiroid menyebabkan konstipasi.
Efek atas susunan saraf pusat. Pada umumnya hormon tiroid meningkatkan kecepatan serebrasi, sebaliknya, kekurangan hormon tiroid mengurangi fungsi ini. Individu hipertiroid mungkin mengalami kegelisahan berlebihan dan mempunyai kecenderungan psikoneurotik, seperti kompleks ansietas, seperti kekhawatiran berlebihan atau paranoia.
Tremor otot. Salah satu tanda paling khas pada hipertiroidisme adalah tremor halus pada otot. Ini bukan tremor kasar pada penyakit Parkinson atau pada menggigil, karena tremor ini berlangsung pada frekuensi yang cepat yaitu 10 sampai 15 kali per detik. Tremor dapat mudah diketahui dengan meletakkan sehelai kertas pada jari-jari yang diekstensikan dan melihat derajat getaran kertas. Tremor ini mungkin disebabkan karena peningkatan aktivitas pada daerah-daerah medulla spinalis yang mengatur tonus otot. Tremor merupakan cara yang baik untuk menilai derajat efek hormon tiroid pada susunan saraf pusat.
Eksoftalmus. Sebagian besar, tetapi tidak semua orang dengan hipertiroidisme menderita penonjolan bola mata derajat tertentu. Penyebab penonjolan bola mata adalah pembengkakan edematosa jaringan retroorbita dan pengendapan mukopolisakarida dalam jumlah besar pada ruangan ekstrasel; factor atau factor-faktor yang memeulai perubahan ini masih diperdebatkan dengan sengit. Pada kebanyakan pasien, dapat ditemukan antibody yang bereaksi dengan jaringan retroorbita. Sehingga banyak alasan untuk percaya bahwa eksoftalmus, seperti hipertiroidisme sendiri, merupakan proses autoimun. Tetapi pada banyak pasien, senyawa hormone yang dinamai zat penimbul eksoftalmus, yang dapat ditemukan dalam plasma, yang menyebabkan eksoftalmus pada hewan yang disuntikkan zat ini. Beberapa penelitian telah menggambarkan bahwa senyawa ini merupakan fargmen pemecahan TSH dan bahwa ia mungkin disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior pengganti TSH sendiri bila timbul hipertiroid.
Referensi dan bacaan lanjutan:
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakart
http://Chaskareyhan.multiply.com, http://d4rkwizard.blogspot.com,http://Dokteraep.blogspot.com, http://www.totalkesehatananda.com
Guyton.2010. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi. EGC: Jakarta
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi. EGC: Jakarta
Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Mansjoer, Dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
0 komentar