Resiko Transfusi
20.08Sebuah penelitian melaporkan bahwa reaksi transfusi yang tidak diharapkan ditemukan pada 6.6% resipien, dimana sebagian besa (55%) berupa demam. Gejala lain adalah menggigil tanpa demam sebanyak 14% reaksi alergi (terutama urtikaria) 20% hepatitis serum positif 6% reaksi hemolitik 4% dan overload sirkulasi 1%
Demam
peningkatan suhu dapat disebabkan oleh antibodi leukosit, antibodi trombosit, atau senyawa pirogen
. Untuk menghindarinya dapat dilakukan uji cocok silang antara leukosit donor dengan serum resipien pada pasien yang mendapat tranfusi leukosit. Cara lainn adalah dengan memberikan produk darah yang mengandung sedikit leukosit, leukosit yang harus dibuang pada produk ini minimal 90% dari jumlah leukosuit. Transfusi juga dapat dilakukan dengan memasang mikrofiltrasi yang mempunyai ukuran pori 40mm. Dengan filter berukuran tersebut julah leukosit dapat berkurang sampai 60%.
. Untuk menghindarinya dapat dilakukan uji cocok silang antara leukosit donor dengan serum resipien pada pasien yang mendapat tranfusi leukosit. Cara lainn adalah dengan memberikan produk darah yang mengandung sedikit leukosit, leukosit yang harus dibuang pada produk ini minimal 90% dari jumlah leukosuit. Transfusi juga dapat dilakukan dengan memasang mikrofiltrasi yang mempunyai ukuran pori 40mm. Dengan filter berukuran tersebut julah leukosit dapat berkurang sampai 60%.
Reaksi Alergi
renjatan anafilaktik terjadi 1 pada 20.000 tranfusi. Reaksu alergi ringan yang menyerupai urtikaria timbul pada 3% transfusi. Reaksi anafilaktik yang berat terjadi akibat interaksi antara IgA pada darah donor dengan anti-IgA spesifik pada plasma resipien
Reaksi Hemolitik
Reaksi ini terjadi karena destruksi sel darah merah setelah transfusi akibat darah yang inkomportabel. Reaksi hemolitik juga dapat terjadi akibat transfusi eritrosit yang rusak akibat paparan dekstrose 5%, injeksi air ke dalam sirkulasi, teansfusi darah yg lisis, transfusi darah dengan pemanasan berlebihan, transfusi darah beku, transfusi dengan darah yang terinfeksi, transfusi darah dengan tekanan tinggi.
Penularan Penyakit
selain masalah reaksi antigen-antibodi, maka transfusi yang aman juga harus memperhatiakan kemungkinan penularan penyakit yang dapat menular melalui darah, seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C, dan virus lainnya. Bakteri juga dapat mengkonsumsi eritrosit dan trombosit sehingga dapat mengakibatkan infeksi dan terjadinya sepsis setelah transfusi.
Kontaminasi
Kontaminasi bakteri pada eritrosit paling sering disebabkan oleh Yersinia enterocolitica. Resiko terjadinya kontaminasi berhubungan langsung dengan lamanya penyimpanan. Resiko sepsis yang berhubungan dengan transfusi trombosit adalah 1 per 12.000. Bakteri yang mengkontaminasi trombosit yang dapat menyebabkan kematian adalah Staphylococcus aureus , Klebsiella penumoniae, Serratia marcescens, dan Staphylococcus Epidermidis.
Cedera Paru Akut
kondisi ini adalah suatu diagnosis klinik berupa manifestasi hipoksemia akut dan edema pulmonner bilateral yang terjadi adalah 6 jam setelah transfusi . Manifestasi klinis yang ditemui adalah dispenea, takipnea, demam, takikardi, hipo-/hipertensidan leukopenia akut sementara.
0 komentar